Publish What You Pay (PWYP) Asia Pasific menyelenggarakan diskusi daring melalui media zoom yang bertemakan “Oil, Gas and Mining in The Energy Transition” pada Selasa (29/6). Dalam diskusi ini hadir sebagai narasumber David Manley, Analisis Ekonomi Senior Natural Resource Governance Institute (NRGI).

Chadwick Llanos, Dewan Global PWYP membuka diskusi dengan menyampaikan bahwa isu transisi energi saat ini menjadi hal yang begitu penting untuk diperhatikan dan dibahas, mengingat banyak sekali inisiatif dari beberapa negara koalisi yang peduli terhadap isu transisi energi sehingga perlu juga menjadi bahasan yang cukup penting bagi Dewan Global nantinya.

David Manley memulai paparannya dengan memantik beberapa pertanyaan sebagai topik bahasan diskusi “Bagaimana peluang kedepan transisi energi? Bagaimana negara-negara penghasil tambang dapat memanfaatkan sumber daya mineralnya jika transisi energi benar-benar terjadi nantinya?”, ungkap David.

Menurutnya, transisi energi yang sedang terjadi saat ini merupakan permasalahan yang benar-benar menjadi awal mula untuk sebagian besar bagi masa depan global terutama negara-negara penghasil tambang. Lebih lanjut, David menekankan bahwa saran yang dapat dilakukan untuk menangani hal ini yaitu dengan menggunakan skenario-skenario dengan menggunakan data yang kuat baik secara logis maupun internal.

Transisi energi saat ini juga bisa terjadi dalam dua skenario, yaitu transisi yang bergerak cepat atau transisi yang bergerak lamban. Skenario transisi yang bergerak cepat akan memaksa terjadinya penurunan permintaan energi fosil khususnya minyak yang lebih cepat dan membuat harganya akan merosot. Di sisi lain, skenario ini akan mendorong adanya permintaan yang kuat terhadap bahan-bahan mineral yang mendukung infrastruktur energi terbarukan seperti nikel, tembaga, kobalt, dll.

Sedangkan skenario transisi yang bergerak lamban akan menyebabkan dampak perubahan iklim semakin tidak bisa dicegah sebagai akibat penggunaan energi fosil yang masih jauh di atas ambang batas untuk menjaga kenaikan suhu 1.5 derajat sesuai dengan Perjanjian Paris. Skenario transisi yang bergerak lamban masih melihat prospek industri minyak hingga satu – dua dekade kedepan, dan adanya peningkatan permintaan mineral meskipun tidak sebesar skenario transisi yang bergerak cepat.

“International Energy Agency (IEA) telah mengeluarkan beberapa skenario dan data yang dapat digunakan sebagai landasan dalam memulai transisi energi, apalagi kita tidak tahu apa yang akan terjadi dari hasil transisi energi nantinya, sehingga membuat skenario merupakan cara yang sangat kuat dalam menghadapi ketidakpastian itu.” imbuh David.

David Manley juga menekankan bahwa terdapat tiga isu utama industri ekstraktif dalam konteks transisi energi, yaitu risiko yang semakin besar dalam kelangsungan industri minyak, khususnya permasalahan harga yang diprediksi akan menurun selama proses transisi energi berlangsung; meningkatnya permintaan gas sebagai komplementer dari energi terbarukan; dan meningkatnya permintaan besar-besaran akan mineral yang mendukung proses transisi energi, seperti lithium, nikel, tembaga, dll.

“Perlu dipahami bahwa transisi energi ini akan membuat negara-negara berlomba untuk mendapatkan mineral utama sebagai bahan infrastruktur energi terbarukan. Negara-negara yang punya sumber daya alam pertambangan harus benar-benar mempersiapkan skenario “mineral booms” kedepan dan prinsip tata kelola pertambangan yang baik juga harus segera dibenahi untuk menyambut skenario tersebut,” ungkap David.

Pada akhir bahasan diskusi Chadwick Llanos, Dewan Global PWYP mengungkapkan bahwa berbagai kekhawatiran yang ditimbulkan dari akan adanya transisi energi membuat kita hendak untuk benar-benar memahami apa arti dari isu tersebut dan dampak yang ditimbulkan ke depan dengan berusaha mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan lain sebagainya. Diharapkan juga jika wacana transisi energi ini akan benar-benar memberikan keadilan bagi antar generasi selanjutnya.