Metrotvnews.com, Jakarta: Peneliti Ekonomi Publish What You Pay (PWYP) Wiko Saputra menilai pemerintah terlalu optimistis ketika menyampaikan nota keuangan yang berisi tentang asumsi Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016 dalam sidang Paripurna DPR, 14 Agustus lalu.
Dalam RAPBN 2016, pemerintah telah menetapkan target lifting minyak bumi sebesar 800 ribu barel per hari sampai dengan 830 ribu barel per hari, lfiting gas bumi sebesar 1,155 juta barel setara minyak per hari, dan harga minyak mentah sebesar USD60 per barel.
Menurut Wiko, target tersebut harus benar-benar mampu dicapai oleh pemerintah. Sebab, pemerintah telah memasukkan target dimaksud dalam RAPBN 2016. Pada kenyataannya akan sulit mencapai target itu mengingat realisasi lifting migas terpantau terus mengalami penurunan.
“Akan sulit jika dilihat realisasi lifting migas yang terus menurun dan tidak mencapai target dalam lima tahun terakhir,” ujar Wiko, saat ditemui di Rumah Makan Bumbu Desa, Jalan Cikin Raya, Jakarta, Rabu (19/8/2015).
Wiko menjelaskan, berkaca pada capaian APBN-P 2015, sampai semester I-2015, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,7 persen atau mengalami perlambatan. Jika pemerintah memasang target yang terlampau tinggi dan tidak menyesuaikan dengan situasi dan kondisi ekonomi sekarang ini, dikhawatirkan justru pemerintah tidak mampu mencapai target pembangunan.
Menurutnya, hal itu bisa terjadi lantaran situasi dan kondisi ekonomi yang tengah tidak menentu memiliki pengaruh tersendiri bagi indikator makroekonomi Indonesia, yang tertuang dalam RAPBN 2016. Perhitungan pemerintah terhadap RAPBN 2016 bisa saja terganggu, seperti subsidi energi dan belanja-belanja lainnya yang berkaitan dengan kepentingan publik.
“Optimisme pemerintah di 2016 sah saja. Namun, jika memasang target yang terlampau tinggi dikhawatirkan justru akan menjadi blunder bagi pencapaian target pembangunan,” pungkas Wiko.
Sumber: http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2015/08/19/422696/rapbn-2016-pemerintah-dinilai-terlalu-optimistis