Aceh merupakan rumah dari Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), salah satu wilayah konservasi paling penting di muka bumi. Sayangnya, hutan di Kawasan Leuser kini terus mengalami kerusakan akibat aktivitas manusia. Masyarakat dinilai masih memiliki pemahaman yang minim akan pentingnya KEL sebagai paru-paru dunia serta isu lingkungan secara umum di Aceh.
Untuk itu, Yayasan Hutan, Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA) menyelenggarakan pemutaran dan bedah film lingkungan yang bertajuk Peran Pemuda dalam Penyelamatan Kawasan Ekosistem Leuser di Universitas Muhammadiyah Banda Aceh pada (16/2) lalu. Film Fragmen dari Pining yang diprakarsai oleh Publish What You Pay (PWYP) Indonesia terpilih menjadi salah satu film yang diputar.
Hadir dalam kegiatan pemutaran dan bedah film ini adalah Rizky Ananda Wulan, Program Manager Publish What You Pay (PWYP) Indonesia sekaligus produser film Fragmen dari Pining. Rizky menuturkan, film ini berusaha mengangkat cerita tentang seorang tokoh masyarakat Pining bernama Abu Kari yang menginisiasi upaya dalam penyelamatan hutan Leuser dari ancaman pertambangan.
“Pesan yang ingin ditonjolkan dalam film ini adalah bahwa tidak harus manusia sempurna atau lembaga besar, manusia biasa pun bisa memperjuangkan hutan agar tetap lestari. Yang dibutuhkan hanyalah kesadaran dan komitmen untuk mewujudkannya,” jelas Rizky.
Rizky melanjutkan, sebagai generasi muda, kita perlu sadar bahwa persoalan lingkungan yang kini terjadi akan kita rasakan dampaknya nanti. Karenanya kita harus aktif terlibat dalam upaya penyelematan hutan dan lingkungan. Banyak saluran yang bisa dimanfaatkan, seperti media sosial, gerakan sosial, hingga partisipasi dan aspirasi politik.
Abu Kari, tokoh utama dalam film juga hadir dalam kegiatan pemutaran film ini. Abu Kari menjelaskan bahwa masyarakat Pining memiliki hubungan yang erat dengan alam. Nenek moyang Suku Gayo memang tinggal di hutan sedari dulu.
“Makanya hutan harus dijaga kelestariannya, tidak boleh sampai dirusak oleh tambang. Karena generasi penerus tak butuh tambang. Generasi penerus butuh air dan hutan,” jelas Abu Kari.
Irham Hudaya Yunardi, ketua pelaksana kegiatan, menyampaikan bahwa kegiatan pemutaran film ini adalah bentuk nyata komitmen Yayasan HAkA dalam meningkatkan pemahaman masyarakat, utamanya generasi muda, terkait persoalan lingkungan di Aceh. Harapannya, kegiatan ini dapat menggerakkan generasi muda untuk aktif terlibat dalam upaya penyelamatan hutan di Aceh, khususnya KEL.