Kuala Lumpur – JAMTANI, MPM dan Petrasa menyelenggarakan Indonesia climate change workshop bertajuk “Bridging the Gap: Exploring a Just Energy Transition in Agriculture” di bilangan Petaling Jaya, Malaysia, pada tanggal 23 hingga 25 April 2025. Kegiatan ini mempertemukan 34 perwakilan dari 17 organisasi di seluruh Indonesia untuk membahas dan menyusun strategi peran transisi energi yang adil (Just Energy Transition/JET) dalam membentuk sistem pertanian yang tangguh terhadap iklim, berkeadilan sosial, dan berkelanjutan.
Workshop ini merupakan bagian dari inisiatif The International Climate Change Alliance (ICCA) yang merupakan aliansi lembaga yang bekerja dengan petani menyadari pentingnya memperhatikan isu transisi Energi yang Adil di bidang pertanian. Workshop ini dirancang untuk memperdalam pemahaman peserta tentang JET di sektor pertanian, mengambil inspirasi dari praktik terbaik global dan regional. Dengan fokus pada inklusivitas, workshop ini menekankan pentingnya mengamplifikasi suara petani kecil, perempuan, dan komunitas terpinggirkan dalam transisi menuju sistem pangan berkelanjutan. Tujuannya meliputi penyusunan kerangka strategi ICCA untuk lima tahun ke depan, memfasilitasi pertukaran pengetahuan, dan memperoleh wawasan praktis melalui keterlibatan langsung dengan para ahli dan kunjungan lapangan.
Koordinator Nasional Publish What You Pay (PWYP) Indonesia Aryanto Nugroho, hadir secara daring sebagai Narasumber di 24 April 2025, dalam sesi bertajuk “Bridging the Gap: Exploring a Just Energy Transition in Agriculture,”. Sebagai koalisi 31 organisasi non-pemerintah yang mengadvokasi transparansi dan akuntabilitas dalam tata kelola energi dan sumber daya alam, PWYP Indonesia membawa wawasan kritis tentang persimpangan JET dan pertanian.
Presentasi mereka menguraikan dimensi kompleks JET, menekankan strategi dekarbonisasi, adaptasi, dan mitigasi di seluruh rantai nilai pertanian. PWYP Indonesia menyoroti bagaimana kenaikan suhu, pola curah hujan yang tidak menentu, dan peristiwa cuaca ekstrem seperti El Niño telah mengurangi hasil panen hingga 20% di Indonesia, mengancam ketahanan pangan dan mata pencaharian petani kecil, sebagai dampak perubahan iklim. Selanjutnya bagaimana peluang dan Tantangan JET di sektor pertanian. Ia menyampaikan sejumlah rekomendasi kebijakan dan menekankan perlunya program inklusi sosial, seperti pelatihan ulang bagi pekerja yang terdampak otomatisasi dan memprioritaskan koperasi yang dipimpin perempuan untuk akses ke teknologi hijau. Sesi ini juga memicu diskusi yang hidup tentang bagaimana menyeimbangkan prioritas ekonomi, lingkungan, dan sosial dalam transisi menuju pertanian rendah karbon. (AN)