Kolonodale – Publish What You Pay (PWYP) Indonesia bekerjasama dengan IDEA Yogyakarta menyelenggarakan pelatihan bagi komunitas lokal di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah bertajuk “Meningkatkan Partisipasi Komunitas dalam Perbaikan Tata Kelola Pertambangan dan Transisi Energi yang Berkeadilan di Morowali Utara”. Kegiatan yang diselenggarakan pada 6-7 Februari 2023 di Kolonodale, Morowali Utara ini, diikuti sekitar 23 orang peserta, yang berasal dari lima desa sekitar yakni Desa Tiu, Maralee, Bungintimbe, Molores, dan Towara, Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah.
Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Program “Engaging Communities in a Just Transition through Extractive Industries Transparency Initiatives (EITI) Implementation” yang didukung oleh Sekretariat EITI Internasional. Program ini bertujuan mendukung masyarakat sipil, komunitas lokal, dan pemerintah daerah untuk lebih memahami, membahas, menangani, dan mempersiapkan dampak transisi energi bagi komunitas di daerah yang masih bergantung pada industri sumber daya ekstraktif, melalui implementasi EITI di Indonesia.
Pelatihan ini memiliki tujuan selain meningkatkan pengetahuan masyarakat lokal dalam aspek transisi energi maupun dampak yang dihasilkan, juga dimaksudkan untuk mendapatkan temuan identifikasi terkait kebutuhan informasi yang diperlukan masyarakat dengan membandingkan informasi dalam Laporan EITI Indonesia atau metode yang dikenal dengan gap analysis. pelatihan tersebut sekaligus untuk mengidentifikasi ruang partisipasi dan akses komunitas dalam penyusunan kebijakan tata kelola tambang.
Kegiatan diisi dengan berbagai materi dan aktivitas yang cukup menarik antusias peserta. Diawali sesi pengantar dengan melakukan pre-test, pemetaan harapan maupun kekhawatiran. Kemudian juga mengaplikasikan permainan (games) sebagai alat bantu transfer pengetahuan antara fasilitator dengan peserta komunitas. Dimana materi yang disampaikan di antaranya pemahaman hak dan kewajiban warga negara, konsep dasar transisi energi berkeadilan termasuk identifikasi jenis, manfaat, maupun kekurangan energi terbarukan. Selanjutnya terkait dampak transisi dan industri ekstraktif terhadap komunitas. Salah satunya dijelaskan bahwa daerah yang bergantung pada industri fossil akan kehilangan pendapatan serta masyarakat juga akan kehilangan pekerjaan di sektor tersebut.
Kemudian di sesi berikutnya yakni dilakukannya identifikasi gap informasi laporan EITI dengan yang sebenarnya dibutuhkan masyarakat. Dalam sesi ini, peserta dibagi kedalam empat kelompok untuk mengidentifikasi beberapa aspek seperti beneficial ownership, pengembangan pemberdayaan masyarakat, alokasi Dana Bagi hasil (DBH), dan informasi lainnya terkait seperti CSR. Salah satu hal yang menarik dalam sesi tersebut yakni setelah masyarakat mengetahui alokasi pembagian dana bagi hasil sektor Minerba antara pusat dan daerah hingga kabupaten penghasil, peserta mengusulkan agar adanya peraturan perundang-undangan yang dapat mengakomodir alokasi dana yang lebih besar untuk daerah penghasil. Dimana diharapkan bisa lebih dari yang sudah diatur sebelumnya atau sebesar 32%. Selain itu masyarakat juga menginginkan adanya informasi terkait mekanisme aliran dana DBH hingga ke tingkat desa.
Selanjutnya masuk ke dalam rangkaian sesi terakhir yakni diskusi kelompok dalam menyusun rencana strategi advokasi penyelesaian persoalan dampak di wilayah terkait. Dimana peserta diminta untuk mendiskusikan upaya advokasi yang pernah dilakukan dan dirasa perlu untuk didorong kembali. Selain itu, mereka juga diharapkan dapat mengidentifikasi informasi apa yang dibutuhkan maupun melakukan pemetaan stakeholder yang dianggap dapat membantu menyelesaikan isu yang diangkat.
Penulis: Wicitra Diwasasri
Reviewer: Aryanto Nugroho