Bangkok – Perwakilan Publish What You Pay (PWYP) Indonesia bergabung dengan sejumlah delegasi pemuda dari seluruh dunia dalam International Youth Forum (IYF) ke-4 pada 22-23 Oktober 2024 di United Nations Conference Centre, Bangkok, Thailand. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Sustainable Development Council (SDC) ini menegaskan pentingnya memperkuat kolaborasi antara bisnis, Civil Society Organizations (CSOs), pembuat kebijakan, dan pemangku kepentingan lainnya dalam merealisasikan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs).

Selama dua hari IYF ke-4 ini, peserta terlibat dalam lokakarya interaktif beberapa agenda utama, yaitu rangkaian lokakarya interaktif untuk untuk menginspirasi advokasi hak asasi manusia dan penerapan praktis SDGs. Diskusi panel menghadirkan para ahli untuk mengeksplorasi hubungan erat antara Hak Asasi Manusia (HAM) dan pembangunan berkelanjutan. Sementara delegasi merancang resolusi untuk membuka jalan bagi keterlibatan pemuda yang berarti dalam upaya-upaya global ini.

Pemuda harus memahami hak-haknya sebagai manusia untuk dapat menyuarakan dan memastikan kebijakan pembangunan mampu menghasilkan dampak yang menopang keberlanjutan kehidupan mereka di masa depan. Oleh karena itu, pemuda didorong menjadi mitra utama dalam SDGs. Dilakukan dengan pendalaman perspektif lintas latar belakang identitas budaya, disiplin, profesi, dan pengalaman realitas orang muda di seluruh dunia melalui forum ini.

Tema IYF ke-4 kali ini mengangkat topik-topik terkait pendidikan HAM, integrasi SDGs, kepemimpinan pemuda, solusi inovatif, dan kemitraan global. Tamu kehormatan seperti H.E. Mr. Lindsay Kiptiness, Duta Besar Kenya untuk Thailand, dan Dr. Mary Shuttleworth, Presiden Youth For Human Rights International, menyampaikan pesan-pesan kuat yang menekankan urgensi pembangunan berkelanjutan dan advokasi hak asasi manusia.

H.E. Mr. Lindsay Kiptiness menekankan krisis planet yang mendesak, mendorong pemuda untuk menyadari peran mereka sebagai pemimpin hari ini—bukan besok. “Jangan mau dibohongi; kalian adalah pemimpin sekarang. Generasi saya telah mengecewakan kalian dengan lebih mengutamakan keuntungan dibandingkan manusia dan alam. Saatnya kalian mengambil kendali, menjadikan hak asasi manusia dan hak alam sebagai prioritas. Apakah Sungai Nil, Amazon, dan Gunung Everest memiliki hak hukum yang perlu kita perjuangkan?” tegasnya, menyerukan untuk mempertimbangkan kembali paradigma yang ada.

Dr. Shuttleworth berbicara tentang kekuatan transformatif pendidikan dalam mempromosikan perdamaian global. Ia menantang pemuda: “Bagaimana kalian dapat mengamalkan nilai-nilai hak asasi manusia? Perdamaian adalah konsep yang lebih dari sekadar kata-kata—tanpa aksi, ia akan tetap menjadi ide kosong.” Hak asasi manusia dan hak alam tidak dapat dipisahkan. Pemuda harus memahami hal ini untuk dapat berefleksi terhadap tantangan dan hambatan pembangunan berkelanjutan di seluruh dunia.

Pemuda juga dapat berperan untuk turun dan berkontribusi dalam komunitasnya masing-masing untuk mengedukasi dirinya sekaligus mengenalkan nilai-nilai hak asasi manusia kepada masyarakat luas. Dengan begitu, pemenuhan hak asasi manusia didukung pula dengan pemenuhan kewajiban fundamental manusia, sesuai dengan Pasal 29 dari Universal Declaration of Human Rights yang berbunyi:

Setiap orang memiliki kewajiban terhadap komunitas di mana hanya di dalamnya pengembangan diri secara bebas dan penuh menjadi mungkin.

Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang hanya boleh tunduk pada batasan yang ditetapkan oleh hukum semata-mata untuk memastikan pengakuan dan penghormatan yang layak terhadap hak dan kebebasan orang lain serta untuk memenuhi persyaratan moralitas, ketertiban umum, dan kesejahteraan umum dalam masyarakat yang demokratis.

Hak dan kebebasan ini dalam hal apapun tidak boleh dijalankan bertentangan dengan tujuan dan prinsip Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Penekanan ini mensyaratkan adanya peran aktif, bukan pasif dalam mengupayakan perdamaian di seluruh dunia. Dengan modal tersebut, para delegasi pemuda yang terlibat dalam IYF ke-4 tahun 2024 dapat memahami latar agenda yang mendasari pentingnya orang muda untuk bersuara di dalam perancangan dokumen Proceedings of IYF Bangkok.

Pada hari kedua, dilaksanakan sesi diskusi dan pleno untuk membuka ruang pendapat seluas-luasnya dalam membahas delapan aitem resolusi bertajuk IYF Charter for the Future. Dokumen ini merupakan rancangan resolusi yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi orang muda dalam mencapai SDGs dan mempromosikan hak asasi manusia. Resolusi ini mengakui peran krusial orang muda sebagai agen perubahan dan pembuat keputusan yang dapat mempengaruhi kebijakan, mengubah norma sosial, serta memperjuangkan hak mereka sendiri dan orang lain di tengah tantangan global seperti perubahan iklim, ketidaksetaraan, dan ketidakadilan sosial.

Draf resolusi yang diusulkan oleh International Youth Forum on SDGs and Human Rights mencakup berbagai bidang kunci, dengan tujuan memperkuat peran orang muda dalam mencapai SDGs dan mempromosikan hak asasi manusia. Resolusi ini menyoroti pentingnya partisipasi orang muda dalam pengambilan keputusan global melalui pembentukan dewan orang muda dan pelatihan kepemimpinan. Selain itu, resolusi ini menekankan percepatan aksi terhadap SDGs dengan fokus pada isu-isu kritis seperti kelaparan, kesetaraan gender, pendidikan berkualitas, dan aksi iklim. Dalam mendorong keadilan iklim, resolusi ini menyerukan transisi ke energi terbarukan dan peningkatan perhatian terhadap komunitas yang rentan. Pemberdayaan digital juga menjadi perhatian utama, di mana akses universal dan keikutsertaan orang muda dalam pengembangan teknologi etis sangat didukung. Selain itu, pemajuan perdamaian global dan hak asasi manusia menjadi fokus, dengan usulan integrasi pendidikan perdamaian dan peran aktif orang muda dalam advokasi keadilan. Dalam bidang ekonomi, resolusi ini menyoroti pentingnya pertumbuhan ekonomi berkelanjutan melalui inovasi dan kewirausahaan yang didukung oleh penciptaan lapangan kerja hijau dan kondisi kerja layak. Kesetaraan gender dan inklusi sosial juga ditekankan, dengan seruan untuk menghilangkan hambatan sistemik dan mempromosikan kepemimpinan inklusif. Akhirnya, inovasi dan kolaborasi di antara orang muda dan berbagai pemangku kepentingan dipandang sebagai kunci untuk mengembangkan solusi yang efektif dan berkelanjutan.

Muhammad Adzkia Farirahman, perwakilan dari Publish What You Pay Indonesia mengusulkan poin aspek transparansi, akuntabilitas, dan inklusivitas untuk penguatan pelibatan pemuda dalam transisi energi untuk SDG. Hal ini mengingat tanpa adanya transparansi dan akuntabilitas, orang muda tidak akan dapat berperan dalam kebijakan dan hanya korban kebijakan pembangunan yang tidak sensitif terhadap isu mereka.

“Transisi ke energi terbarukan harus dilakukan secara transparan, akuntabel, dan partisipatif. Penting untuk memastikan bahwa orang muda memiliki kesempatan untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan melalui prinsip Persetujuan Bebas, Didahulukan, dan Diinformasikan (Free, Prior, and Informed Consent/FPIC). Pendekatan ini akan membantu melindungi orang muda lokal dan mencegah proyek energi terbarukan mengganggu komunitas dan mata pencaharian mereka. Dengan memprioritaskan inklusivitas, transisi energi dapat menjadi lebih adil dan selaras dengan aspirasi serta kesejahteraan generasi muda, memastikan bahwa suara mereka didengar dan dihormati sepanjang pelaksanaan proyek”, tambahnya

Selanjutnya, hasil dari rancangan resolusi akan disempurnakan selama dua minggu kedepan untuk menerima masukan lebih lanjut. Pertemuan IYF-4 ini menghimpun suara-suara muda dari berbagai latar belakang dan disiplin ilmu yang bersatu untuk mendiskusikan peran penting hak asasi manusia dalam pencapaian SDGs dan membentuk masa depan yang berkelanjutan. Pengalaman yang diperoleh dari proses tersebut memberikan wawasan dan keterampilan advokasi yang dapat direplikasi dan terus didiskusikan oleh para peserta, untuk merencanakan aksi nyata yang dapat dilakukan di komunitas mereka.

Kita bisa menjadi generasi pertama yang mengakhiri kemiskinan ekstrem, generasi paling bertekad dalam sejarah untuk mengakhiri ketidakadilan dan ketidaksetaraan, serta generasi terakhir yang terancam oleh perubahan iklim. Kita semua dapat menjadi bagian dari ini.

Mari Bersama Mengubah Dunia!

Penulis: Muhammad Adzkia Farirahman