Jakarta – Kelompok masyarakat dan komunitas memiliki peran kunci dalam transisi energi menuju sumber energi bersih. Mereka perlu dilibatkan dalam pengelolaan transisi energi pada tingkat lokal. Meskipun pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia sudah mulai berkembang di tingkat komunitas, masih ada kendala khususnya hal kesediaan sumber daya manusia dan pembiayaan. Di satu sisi, meski tingkat elektrifikasi di Indonesia pada 2020 mencapai 99,2 persen, 0,8 persen wilayah yang belum teraliri listrik berada di pedesaan yang dekat komunitas lokal. Masalah pasokan yang terbatas menjadi halangan bagi masyarakat untuk menikmati listrik sepanjang hari, apalagi energi yang bersih

Pada Sabtu 25 November 2023, Publish What You Pay (PWYP) Indonesia menghadirkan Magdalena Rianghepa, Program Manager Yayasan Pengkajian dan Pengembangan(YPPS), Flores Timur, Nusa Tenggara Timur dan Mouna Wasef dari PWYP Indonesia sebagai narasumber dalam Instagram Live sebagai bagian dari #ClimateActionWeek dengan tema Kepemimpinan Komunitas dalam Transisi Energi.

Komunitas lokal menjadi kekuatan utama dalam proses transisi energi menuju masa depan yang berkelanjutan dan telah menjadi perhatian utama dalam berbagai kegiatan yang dilakukan di wilayah Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Magdalena, salah satu pelaku utama di YPPS (Yayasan Pengkajian dan Pengembangan), berbagi kisah keberhasilan dalam memperkuat komunitas melalui berbagai inisiatif seperti Sekolah Kelapa dan Rumah Jemur.

Sekolah Kelapa yang diinisiasi oleh YPPS, tidak hanya bertujuan untuk memberdayakan petani kelapa dalam pengembangan ekonomi komunitas, tetapi juga untuk menggali potensi kelapa sebagai sumber energi terbarukan dalam konteks transisi energi. Melalui pendidikan ini, para petani tidak hanya dilatih dalam pengolahan kelapa untuk peningkatan ekonomi lokal, tetapi juga untuk mempertimbangkan potensi kelapa sebagai sumber energi terbarukan seperti biodiesel dan bioetanol, sambil menjaga kelestarian lingkungan dan stabilitas ekosistem.

Di sisi lain, Mouna dari PWYP Indonesia membagikan pengalaman terkait peningkatan kapasitas bagi pemangku kepentingan secara nasional. Dia menyoroti tantangan-tantangan yang dihadapi di tingkat nasional, sementara komunitas lokal masih tertinggal dalam memahami konseo transisi energi. Kesulitan adaptasi terhadap program-program pemerintah terkait transisi energi juga menjadi salah satu kendala utama.

Magdalena menegaskan pentingnya dukungan dari pemerintah dan sektor swasta dalam mendukung aksi perubahan iklim serta transisi energi. Dia mengilustrasikan kontribusi seorang individu di sektor swasta di Flores yang turut membantu komunitasnya. Baginya, keberhasilan pemberdayaan komunitas sangat tergantung pada dukungan sumber daya yang ada. Dengan adanya dukungan ini, masyarakat akan lebih termotivasi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki.

Mouna, menyuarakan perlunya sosialisasi dan pemahaman yang lebih luas tentang isu transisi energi. Menurutnya, pemerintah perlu mendekomposisi regulasi yang ada untuk memahami dampaknya secara langsung pada tingkat lokal.

Terakhir, Mouna menyoroti bahwa peralihan ke energi terbarukan membuka peluang besar untuk membangun proyek skala komunitas dengan kapasitas di bawah 5 MW. Penggunaan teknologi seperti panel surya, biogas, mikro hidro, dan lainnya menjadi potensi besar dalam menggerakkan transisi energi di tingkat komunitas.

Melalui berbagai cerita dan pandangan yang disampaikan, terlihat bahwa penguatan komunitas dan transisi energi saling terkait. Dukungan dari pemerintah, sektor swasta, serta pemahaman yang lebih baik dari tingkat lokal hingga nasional menjadi kunci utama dalam meraih masa depan energi yang berkelanjutan bagi Indonesia.

Penulis: Ersya Shafira Nailuvar
Reviewer: Aryanto Nugroho