JURNAL GARUT – Institute for Ecological Study (INFESt) Garut bekerja sama dengan Publish What You Pay (PWYP) menyelenggarakan diskusi Perempuan dan Lingkungan.

Diskusi tersebut dalam rangka memperingati Hari Kartini pada 21 April dan Hari Bumi 22 April.

Kegiatan tersebut mengundang Sherly Siahaan yang merupakan aktivis lingkungan dari Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.

Serta Nisya Saadah, aktivis lingkungan yang memiliki pesantren ekologi dari Kabupaten Garut.

Saat berdiskusi, Sherly membeberkan perjuangannya dalam membuka informasi publik soal izin tambang di daerahnya.

Sebagai seorang perempuan, Sherly tak gentar memperjuangkan hak masyarakat terutama mengenai perizinan tambang di wilayahnya.

“Di wilayah Dairi itu mayoritas masyarakat merupakan petani. Namun setelah adanya pertambangan, lahan pertanian berubah. Perusahaan tambang memberi harapan soal kesejahteraan,” ujar Sherly.

Namun janji itu dinilai Sherly tak sesuai. Ia pun menggugat pemerintah untuk membuka izin pertambangan di wilayahnya.

Kegiatan ini merupakan acara diskusi interaktif pertama yang INFESt selenggarakan secara hybrid (daring dan luring).

Acara tersebut merupakan pilot project untuk kegiatan-kegiatan format serupa ke depannya.

Sementara untuk acara luring, diselenggarakan di Kafe Khatulistiwa, di jalan Terusan Pembangunan Garut.

“Harapan kami terkait acara diskusi ini bukan hanya untuk menambah pengetahuan tentang lingkungan dan mempererat tali silaturahmi diantara para penggiat lingkungan, namun lebih jauh lagi,” ujar Rama Januar, Direktur Eksekutif INFESt Garut.

Rama menambahkan, dengan adanya diskusi Perempuan dan Lingkungan itu bisa menyadarkan soal tak adanya batasan untuk berbuat kebaikan.

“Dalam hal apapun khususnya dalam bidang lingkungan, gender sebagai contohnya,” katanya.***

Sumber: Jurnal Garut