Sepanjang tahun 2015, Pemerintahan baru Jokowi-Jk Hasil Pemilu 2014 diwarnai proses konsolidasi politik dan fase-fase indah ‘bulan madu’ dengan rakyat sebagai konstituen utama Pemerintah. Harapan publik dan janji-janji kampanye saat Pemilu dipertaruhkan komitmen pewujudannya di tahun ini, terutama apakah Pemerintah mampu meletakkan dasar dasar strategis pelaksanaan Nawa Cita melalui berbagai cetak biru kebijakan-baik di jangka menengah maupun jangka pendek/tahunan. Demikian halnya di sektor migas dan tambang.

Seiring peliknya tantangan ketahanan energi di tengah tingginya konsumsi BBM dan menurunnya harga minyak serta komoditas tambang lainnya, sektor ini terlihat terus berbenah dengan berbagai terobosan-terobosan untuk menyelesaikan beberapa persoalan ‘sistemik’ dari tata kelola migas dan tambang. Mulai dari hulu hingga hilir, menyangkut jantung fiskal penerimaan negara dan pajak, sarat dengan pergerakan modal dan kepentingan korporasi serta elit politik, juga menyisakan agenda reformasi regulasi yang tak kunjung usai dan masih terus berlanjut hingga tahun 2016 mendatang. Menjelang akhir tahun, publik dikejutkan oleh kegaduhan #PapaMintaSaham-sebuah pertontotan sinyalemen ‘perburuan rente’ yang hampir mengikis tandas kepercayaan publik pada elit-elit politik.

Sementara di tataran rakyat biasa, di penghujung tahun-tepatnya 2 hari lalu, di belahan Kalimantan, korban lobang tambang kembali berjatuhan, seorang bocah perempuan kelas 3 SD menjadi korban lobang tambang ke-19 di Kaltim. Seriuskah negeri kita menata sumberdaya alamnya?