MPI
(doc. PWYP Indonesia)

 

Indonesia dianugerahi kekayaan sumber daya alam migas dan tambang yang melimpah. Namun, sayangnya fakta tersebut tidak berbanding lurus terhadap kesejahteraan rakyatnya. Indonesia masih dibayang-bayangi kemiskinan di angka rata-rata nasional sebesar 11,11% (BPS, 2014). Terlebih lagi, kemiskinan tertinggi didominasi oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya alam seperti Aceh dan Papua.

Menyikapi fenomena di atas, PWYP Indonesia melaksanakan workshop capacity building bertemakan “Penyusunan Strategi Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Multidimensional Poverty Index (MPI) dan Pengembangan Resource Center  di Daerah Industri Migas dan Tambang” yang digelar di Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat, NTB pada 20–22 Januari 2015. Kegiatan itu dibuka langsung oleh Wakil Bupati Kabupaten Sumbawa Barat, Zulkifli Muhadli.

Workshop tersebut melibatkan peserta dari Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPKD) di empat daerah kaya SDA yaitu Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Sumbawa Barat yang berasal dari unsur pemerintah maupun perwakilan masyarakat sipil. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian program bertajuk Program Reversing the Resourse Curse (RRC) atas prakarsa PWYP Indonesia dengan dukungan dari Ford Foundation.

Dalam training tersebut, peserta mendapatkan materi tentang bagaimana menyusun strategi program penanggulangan kemiskinan berbasis MPI oleh Wiko Saputra dari Perkumpulan Prakarsa. Wiko menjelaskan, berbeda dengan metode pengukuran kemiskinan yang selama ini berbasis pendapatan atau konsumsi, MPI berusaha untuk melihat struktur kemiskinan lebih luas dan mencoba mendefiniskan secara multidimensi seperti keterbatasan akses terhadap pendidikan, kesehatan dan kualitas hidup.

“Dengan MPI, pemerintah akan mendapatkan gambaran kemiskinan yang lebih riil dibandingkan pola pendekatan konsumsi yang selama ini digunakan oleh BPS. MPI juga akan lebih objektif dalam strategi penanggulangan kemiskinan di Indonesia,” Kata Wiko.

Sedangkan Yaury Tetanel, narasumber dari Strategic Alliance for Poverty Alleviation (SAPA) menyampaikan tentang penguatan kelembagaan TKPKD di daerah yang memiliki peran strategis untuk meng-integrasikan data, program dan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan atau dikenal sebagai fungsi Resource Center. Peserta juga melakukan praktek  menyusun pemenuhan kebutuhan dan sinkronisasi data-data kemiskinan yang valid, akurat dan dinamis dengan memanfaatkan teknologi informasi.

Selain itu, peserta training juga berkesempatan untuk berdialog dengan  Bapak Syarifuddin Jarot, Senior Manager Copoprate Social Responsibilty PT Newmont Nusa Tenggara (PT NNT) mengenai program pemberdayaan masyarakat di daerah sekitar tambang. Peserta juga berkesempatan melakukan kunjungan lapangan ke lokasi operasi pertambangan PT NNT dan lokasi pemberdayaan masyarakat sekitar tambang.