ASEAN Climate Change and Energy Project (ACCEPT II) turut berpartisipasi dalam diskusi penyusunan program kegiatan terkait perubahan iklim bagi penyandang disabilitas yang diselenggarakan oleh ASEAN Disability Forum (ADF) pada tanggal 31 Agustus 2023.
- Pertemuan yang diselenggarakan di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ini dihadiri oleh staf ADF, peneliti BRIN, dan narasumber dari berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk mendiskusikan program kegiatan bagi penyandang disabilitas di ASEAN untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang perubahan iklim.
- Aldilla Noor Rakhiemah dan Muhammad Shidiq dari ACCEPT II mendukung inisiatif ini dengan menekankan bahwa ada urgensi transformasi energi yang masif di ASEAN, dan untuk mencapainya, diperlukan perubahan sistematis yang menghargai inklusi dan kesetaraan dalam masyarakat. Oleh karena itu, ACCEPT II siap berkolaborasi dengan para mitra dalam memperkuat kapabilitas ASEAN dalam memahami keterkaitan antara energi dan iklim.
ADF merupakan forum masyarakat sipil bagi organisasi penyandang disabilitas di kawasan Asia Tenggara yang mendorong implementasi ASEAN Enabling Masterplan 2025 yang di dalamnya memuat isu perubahan iklim. Mengingat penyandang disabilitas merupakan kelompok yang rentan terhadap perubahan iklim, maka sangat penting untuk memasukkan isu disabilitas dalam perubahan iklim melalui pendekatan inklusi sosial. Oleh karena itu, forum ini telah melakukan serangkaian diskusi mengenai beberapa hal terkait upaya peningkatan pengetahuan dan pemahaman mengenai perubahan iklim.
Berdasarkan pertemuan pertukaran pengetahuan di Indonesia antara penyandang disabilitas dan ahli perubahan iklim BRIN, terdapat beberapa isu perubahan iklim yang berkaitan dengan penyandang disabilitas. Pertama, bagaimana membuat pemahaman penyandang disabilitas tentang perubahan iklim melalui kegiatan sehari-hari. Kedua, kerentanan penyandang disabilitas terhadap perubahan iklim yang berkaitan dengan berbagai jenis penyandang disabilitas. Ketiga, kesenjangan dalam kebijakan perubahan iklim terkait isu penyandang disabilitas. Terakhir, masih sedikitnya penelitian tentang perubahan iklim terkait penyandang disabilitas, sehingga pendekatan penelitian harus menjadi ujung tombak dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang perubahan iklim di kalangan penyandang disabilitas.
ASEAN Disabilities Forum (ADF) telah memprakarsai diskusi ini sebagai tindak lanjut dari lokakarya yang dihadiri oleh para penyandang disabilitas untuk memahami tantangan dan peluang utama yang dihadapi oleh para penyandang disabilitas dalam memahami perubahan iklim. Diskusi yang dihadiri oleh para narasumber yang memiliki latar belakang di bidang sosial dan perubahan iklim ini bertujuan untuk mendapatkan masukan dalam menyusun dan menyusun strategi kegiatan yang dapat mengatasi tantangan dan meningkatkan pemahaman penyandang disabilitas terhadap perubahan iklim. Selain itu, diskusi ini juga mengidentifikasi pemangku kepentingan yang dapat dilibatkan dan meningkatkan jejaring kerja sama antara pihak-pihak yang bergerak di bidang sosial, khususnya di sektor disabilitas dan perubahan iklim.
Dalam diskusi tersebut, para narasumber yang merupakan perwakilan dari BRIN, UNICEF, ICLEI, dan Publish What You Pay (PWYP) membahas bahwa penyandang disabilitas sebagai kelompok risiko yang terdampak oleh perubahan iklim kurang mendapat perhatian dari berbagai pihak, terutama pengemban tugas (pemerintah) yang memiliki kewajiban untuk melindungi para penyandang disabilitas. Selain itu, forum-forum perubahan iklim yang menyuarakan prinsip inklusi sosial juga belum tersedia atau masuk dalam kebijakan mitigasi dan adaptasi. Tak ayal, dunia perlu mengubah cara pandangnya terhadap perubahan iklim yang seharusnya lebih memperhatikan penyandang disabilitas.
Beberapa kegiatan yang dapat diusulkan sebagai program untuk penyandang disabilitas antara lain adalah studi untuk menganalisis daerah mana saja (tingkat provinsi) di Asia Tenggara yang paling banyak mengalami dampak perubahan iklim terhadap penyandang disabilitas, pengumpulan data yang mengacu pada basis data nasional yang dimiliki Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang disebut basis data SIDIK, yaitu sebuah alat yang inovatif yang dapat digunakan penyandang disabilitas, terutama anak-anak dan remaja, agar lebih mudah dalam memahami pengetahuan tentang perubahan iklim. Sebagai tindak lanjut, ADF akan meneruskan dan membagikan informasi ini kepada focal point ADF lainnya di 10 negara anggota ASEAN dan bersama-sama menyusun prioritas dan strategi untuk mengimplementasikan kegiatan program yang diusulkan. ADF ingin terus bekerja sama dengan para pemangku kepentingan utama dalam mengimplementasikan program yang diusulkan.
Sumber: ACCEPT II