Meningkatnya alokasi transfer anggaran dari pusat ke daerah seharusnya memberi dampak positif terhadap perbaikan tata kelola pembangunan daerah. Peningkatan alokasi anggaran ini sebagai dampak dari desentralisasi fiskal yang sudah diterapkan sejak satu dekade terakhir. Sayangnya, fakta menunjukkan desentralisasi fiskal belum berpengaruh signifikan bagi percepatan pembangunan daerah. Kendati beberapa daerah mampu mendorong pembangunan yang pesat, tetapi secara keseluruhan masih banyak persoalan pembangunan dalam implementasi desentralisasi fiskal ini, terutama terkait dengan pemerataan pembangunan dan kesejahteraan.

Wiko Saputra, Kepala Riset Kebijakan Ekonomi PWYP Indonesia melihat kemiskinan di Indonesia banyak terjadi di daerah kaya sumber daya alam, seperti Papua, sebagian Riau, dan Nusa Tenggara. Padahal, jika ditelisik dari sumberdaya anggaran, daerah kaya sumberdaya alam (SDA) ini mempunyai sumber pembiayaan yang besar untuk penanggulangan kemiskinan. “Beberapa daerah dengan SDA melimpah seperti Kabupaten Aceh Utara, Bojonegoro, Sumbawa Barat, Kutai Kertanegara, dan kabupaten lainnya, malah mempunyai angka kemiskinan yang tinggi, bahkan di atas rata-rata kemiskinan nasional,” tutur Wiko.

Beranjak dari sini, PWYP Indonesia akan melakukan kajian terkait “Pengaruh Efektivitas Dana Bagi Hasil (DBH) terhadap Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia”. “Riset ini akan menganalisis data makro di seluruh kabupaten/kota di Indonesia, dan melakukan pendalaman riset di 5 kabupaten yaitu Aceh Utara, Indragiri Hulu, Bojonegoro, Sumbawa Barat, dan Kutai Kertanegara” ujar Meliana Lumbantoruan, Knowledge Management Manager, PWYP Indonesia.

Oleh karenanya, sebelum riset ini berjalan dilakukan workshop bagi peneliti daerah yang juga adalah anggota koalisi PWYP Indonesia. Dalam workshop tersebut, Wiko menjelaskan tentang desain riset, metodologi, hingga penulisan laporan riset. Salah satu peneliti daerah, Deni Wan Putra, mengungkapkan dengan adanya workshop ini peneliti daerah menjadi memiliki arahan dan petunjuk pelaksanaan riset. “Di workshop ini kami juga bisa memberi masukan dan penyesuaian riset dengan kondisi di daerah masing-masing,” tukas Deni.