PWYP Indonesia dan Swandiri Institute berkolaborasi dengan School of Data menyelenggarakan Pelatihan Open Data di Sanggau, Kalimantan Barat pada 6-8 Januari 2015 lalu. Kegiatan ini direspon sangat antusias oleh masyarakat Sanggau dan perwakilan CSO.  Sebanyak 22 pemimpin masyarakat adat dari enam desa di Kecamatan Tayan Ilir dan 8 dari perwakilan CSO di Kalimantan Barat seperti, WALHI Kalbar, AMAN Kalbar, YPPN, ELPAGAR Sanggau, Gemawan Kalbar, Dewan Adat Dayak dan Swandiri Institute berpartisipasi dalam acara ini.

Pada pelatihan ini peserta diajarkan untuk mengakses data hingga bekerja dengan data dalam mengadvokasi aspirasi juga permasalahan yang mereka hadapi. Jensi Sartin, Program Development Manager PWYP Indonesia, menuturkan bawa pelatihan ini bertujuan untuk mendorong transparansi dan akuntabilitas di sektor industri ekstraktif melalui penggunaan Open Data. Kabupaten Sanggau dipilih menjadi daerah piloting untuk program yang didukung oleh SEATTI-HiVos karena salah satu wilayah yang kaya industri ekstraktif yakni Bauksit. Di sisi lain terdapat perusahaan tambang yang tumpang tindih dengan aktivitas masyarakat lokal yang tinggal di sekitar area operasi perusahaan, khususnya masyarakat Dayak.

Anam, salah satu pemimpin masyarakat Dayak yang mengikuti pelatihan percaya bahwa usaha untuk melibatkan partisipasi masyarakat lokal dapat memberikan manfaat bagi industri, lingkungan juga masyarakat.

“Memiliki ketrampilan dalam bekerja dengan data juga mengkomunikasikannya ke publik dapat menjamin aktivitas operasi industri tambang dijalankan sesuai dengan peraturan yang ada. Jika terdapat pelanggaran dalam aktivitas operasi tersebut yang berdampak negatif pada masyarakat lokal juga kerugian material, kami dapat menginformasikannya,” ujar Anam. Dalam pelatihan ini, Anam dan pemimpin-pemimpin lainnya melakukan simulasi pencarian data di internet, juga visualisasi data tersebut menjadi grafik yang informatif.

Arif Munandar dari Swandiri Institute menuturkan jika selama ini terdapat kesenjangan informasi yang besar antara masyarakat lokal dengan perusahaan. “Kami harap melalui program ini, masyarakat lokal yang terkena dampak secara langsung oleh industri ekstraktif dapat mendapatkan manfaat yang sesuai.”

Sebagaimana disampaikan oleh Dewi Yuliandini Hasibuan, PWYP Indonesia, “Kami ingin menjamin keputusan untuk memulai operasi pertambangan harus diambil dengan berdasarkan pada data-data yang mumpuni juga komunikasi yang intens dengan masyarakat terdampak.”