Jakarta, 5 September 2023 – Sekitar 70 perwakilan Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) yang bergerak di sektor iklim dan energi dari Indonesia, Filipina, Timor Leste, Malaysia, Kamboja, dan Laos berkumpul di Jakarta pada 29-31 Agustus 2023 untuk melakukan dialog dan upaya kolaboratif dalam mendorong transisi energi yang berkelanjutan dan adil di seluruh Asia Tenggara.
Dengan Indonesia menjadi tuan rumah KTT ASEAN, tahun 2023 dapat menjadi titik balik upaya transisi energi di kawasan ASEAN. ASEAN telah berkomitmen untuk mengatasi perubahan iklim dengan mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan penggunaan energi terbarukan. Namun, upaya mencapai transisi energi yang adil di kawasan ini masih penuh dengan tantangan. Menurut ASEAN Center for Energy, setidaknya 47 juta penduduk ASEAN masih belum memiliki akses terhadap listrik.
“Komitmen selama ini lebih fokus pada aspek teknokratis dalam mengurangi penggunaan energi bahan bakar fosil dan mempercepat pengembangan energi terbarukan. Namun bagaimana dengan aspek keadilan? Adakah prinsip transisi yang berkeadilan disebutkan dalam deklarasi transisi energi dari kementerian-kementerian ASEAN?” kata Koordinator Nasional Publish What You Pay (PWYP) Indonesia Aryanto Nugroho.
Dalam Pertemuan Regional mengenai Transisi Energi yang Berkeadilan ini, OMS meminta pemimpin ASEAN untuk membangun platform terstruktur untuk keterlibatan yang bermakna dalam transisi energi yang berkelanjutan dan berkeadilan dengan berbagai pemangku kepentingan. OMS juga menyoroti pentingnya membangun mekanisme yang kuat untuk transparansi, akuntabilitas, dan tata kelola yang mencakup sektor publik dan swasta.
Direktur Regional Oxfam di Asia John Samuel menjelaskan, “Ketika kita berbicara tentang transisi dekarbonisasi energi, hal itu melibatkan teknologi dan uang. Selain mengamankan akses terhadap sumber daya ini, kita juga perlu memastikan bahwa sumber daya tersebut menjangkau kelompok masyarakat termiskin dan terpinggirkan secara adil.”
Perwakilan OMS juga mendesak para pemimpin ASEAN untuk mendorong pengembangan dan penerapan teknologi tepat guna dan berkelanjutan serta mengintegrasikan kebijakan yang responsif gender dan inklusif secara sosial ke dalam setiap aspek perencanaan dan implementasi transisi energi. Juga mendorong penerapan program peningkatan kapasitas yang kuat dan jaminan bahwa “keadilan adalah inti dari transisi.”
Asia Tenggara berada di garis depan dalam hal risiko iklim (Global Climate Risk Index, 2021). Dengan peningkatan suhu rata-rata sebesar 2,3 derajat Celcius, McKinsey Global Institute memperkirakan 600 juta orang di Asia dapat terkena dampak gelombang panas dalam setahun. Curah hujan ekstrim di kawasan Asia bisa meningkat tiga atau empat kali lipat.
Laporan Oxfam tahun 2022 menyatakan bahwa bencana iklim yang sering terjadi dan intens ini secara tidak proporsional berdampak pada komunitas dan kelompok sosial yang terpinggirkan. Namun, transisi energi saja tidak menjamin kelompok rentan mendapatkan manfaat dari transisi tersebut.
Meskipun distribusinya di seluruh wilayah berbeda-beda, ASEAN memiliki sumber energi terbarukan yang berlimpah, termasuk tenaga surya, angin, dan air. Sesuai dengan Skenario Pembangunan Berkelanjutan yang digariskan oleh Badan Energi Internasional (IEA), Asia Tenggara memerlukan investasi tahunan sekitar 180 miliar US Dollar atau setara dengan 2.740 triliun rupiah dalam bidang energi ramah lingkungan pada tahun 2030 untuk memastikan keselarasan dengan tujuan iklim kawasan. Namun, ketersediaan pembiayaan yang terjangkau untuk transisi energi yang adil masih belum menjadi kenyataan dalam konteks ASEAN.
“Dengan tujuan yang lebih luas yaitu masa depan bebas fosil yang memastikan tidak ada seorang pun yang tertinggal, penting untuk mengevaluasi kembali arah dari transisi energi yang sedang berlangsung. Ada begitu banyak peluang yang dapat diambil oleh para pemimpin ASEAN, namun harus dipastikan agar transisi ini memberikan dampak yang adil untuk semua pihak terdampak dan meminimalkan inefisiensi”, ujar Pree Bharadwaj dari Climate Action Network Southeast Asia (CANSEA).
Banyak negara ASEAN yang menampung kelompok masyarakat adat dan komunitas rentan yang kesejahteraan dan cara hidup tradisional mereka terancam oleh pertambangan batu bara dan pembangkit listrik. Dalam konteks ini, transisi energi yang adil mengamanatkan perlindungan terhadap masyarakat dan tanah adat mereka.
Pertemuan regional Asia Tenggara ini juga mendorong kolaborasi multipihak yang kuat dan membawa narasi transisi energi yang berkeadilan di tingkat negara ke dalam perspektif regional yang kohesif.
CATATAN EDITOR
Peserta OMS membangun konsensus mengenai enam (6) hal penting mengenai JET:
Membangun platform terstruktur untuk keterlibatan multipihak yang bermakna
Membangun mekanisme yang kuat untuk transparansi, akuntabilitas, dan tata kelola yang mencakup sektor publik dan swasta
Mendorong pengembangan dan penerapan teknologi tepat guna dan berkelanjutan
Mengintegrasikan kebijakan yang responsif gender dan inklusif secara sosial ke dalam setiap aspek perencanaan dan implementasi transisi energi
Melaksanakan program peningkatan kapasitas yang kuat untuk mengatasi kompleksitas transisi energi
Menjamin keadilan sebagai inti transisi.
Pernyataan ini merupakan hasil upaya konsolidasi Organisasi Masyarakat Sipil berikut ini:
1. Oxfam Pilipinas
2. Oxfam in Indonesia
3. Oxfam in Asia
4. Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
5. Yayasan Cerah Indonesia
6. WWF Indonesia
7. HiVos Indonesia
8. IESR Indonesia
9. The Prakarsa Indonesia
10. Senik Centre Asia
11. Penabulu Indonesia
12. AEER Indonesia
13. Oxfam in Laos
14. Oxfam International
15. Oxfam in Cambodia
16. Climate Action Network Southeast Asia (CANSEA)
17. Energy Lab Cambodia
18. Legal Rights and Natural Resources Center (LRC) Philippines
19. Community Association for Salvation and Environment (CASE) Laos
20. CIS Timor Indonesia
21. Aksyon Klima Pilipinas
22. Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Sosial (YPPS) Indonesia
23. Gema Alam NTB Indonesia
24. Click/Lao Farmer Network
25. HWDI Indonesia
26. WIME Indonesia
27. Bantay Kita/Publish What You Pay Philippines
28. Klima Action Malaysia
29. Father Saturnio Urios University Philippines
30. Publish What You Pay Timor Leste
Narahubung:
Aryanto Nugroho
Publish What You Pay Indonesia
aryanto@pwypindonesia.org
Maria Lauranti
Oxfam in Indonesia
Mlauranti@oxfam.org.uk
Denvie Balidoy
Oxfam Pilipinas
Dbalidoy@oxfam.org.uk