Belakangan ini diskursus konsep “just energy transition” atau transisi energi berkeadilan sering kali menghadapi perdebatan definisi. Keadilan yang seperti apa? Berpihak kepada siapa? atau bagaimana mengimplementasikannya? Publish What You Pay (PWYP) Indonesia berupaya melakukan kontribusi atas upaya penerjemahan konsep transisi energi yang adil tersebut menjadi lebih operasional sekaligus berpihak kepada kelompok rentan. Secara spesifik menggunakan pisau analisis interseksionalitas yakni perempuan pedesaan dan perempuan penyandang disabilitas. Mengingat kelompok rentan seperti perempuan sering kali terpinggirkan akibat ketidakadilan konstruksi gender khususnya di sektor energi yang dikenal maskulin.

PWYP Indonesia telah menyusun suatu panduan pemantauan sebagai upaya melakukan operasionalisasi atas konsep transisi energi berkeadilan yang secara spesifik menyasar program Just Energy Transition Partnership (JETP) Indonesia dalam proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Mengingat saat ini JETP Indonesia sebagai inisiator program transisi energi yang secara eksplisit mengusung konsep “just” dengan berbagai turunan konsep keadilannya yang dijabarkan dalam dokumen Rencana Investasi dan Kebijakan Komprehensif (CIPP). Secara jelas, JETP menyebutkan salah satu pilarnya adalah leave no one behind guna memberikan prioritas perlindungan terhadap kelompok rentan. Selain itu juga menekankan nilai kesetaraan gender dalam desain programnya.

Terkait dengan PLTA, sebagai energi terbarukan yang dianggap mampu berperan besar dalam tata kelola ketenagalistrikan di Indonesia, ternyata di sisi lain memiliki risiko atas dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang juga besar. Di tingkat komunitas, terlebih kelompok rentan dengan interseksionalitas merupakan pihak yang paling rentan terdampak akan hal tersebut. Salah satunya adalah air yang merupakan sumber daya utama energi PLTA, sekaligus kebutuhan esensial bagi kehidupan manusia. Perempuan yang dilekati dengan pembakuan peran domestik, memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap air bersih. Oleh sebab itu, perempuan akan sangat berisiko terdampak apabila terjadi gangguan terhadap siklus pemenuhan air bersih maupun sumber daya alam lainnya akibat adanya operasi PLTA di daerah tempat tinggal mereka.

Penulis (Urut abjad)
Chitra Regina Apris
Wicitra Diwasasri
Yusnita Ike Christanti

Peninjau (Urut abjad)
Aryanto Nugroho
Khotimun Susanti

Editor
Mouna Wasef

Penerbit:
PWYP Indonesia

Format PDF – Google Drive