beritajogja.com (Jakarta)– Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di Indonesia yang terdiri dari Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil Mikro (ASPPUK), Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), Madani Berkelanjutan, Publish What You Pay (PWYP) Indonesia, dan Oxfam di Indonesia mengadakan Sepekan Aksi untuk Bumi Menuju COP28.

Kegiatan yang berlangsung di Jakarta Minggu (03/12/2023) tersebut mengusung tema Power for A Greener Future.

Dalam acara tersebut sekaligus diluncurkan situs resmi kolaborasiiklim yang ramah disabilitas.

Kampanye “Power for a Greener Future” sebagai bentuk ikhtiar masyarakat sipil bersama masyarakat untuk mendorong kebijakan perubahan iklim yang berpihak kepada kelompok rentan seperti perempuan dan penyandang disabilitas.

Melalui kolaborasi bersama, pemerintah diharapkan mendengarkan usulan dan keprihatian masyarakat mengenai perubahan iklim, dan menjadi agenda yang dibawa ke Konferensi Perubahan Iklim PBB, COP (Conference of the Parties) 28 yang tengah berlangsung di Dubai, Uni Emirat Arab.

Pada COP28 tahun ini, PBB akan mengeluarkan Global Stocktake (GST), yaitu penilaian terhadap kemajuan negara-negara, termasuk Indonesia, dalam mengatasi perubahan iklim, serta potensi upaya yang perlu ditingkatkan. Untuk itu, COP28 menjadi momentum penting bagi upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Masyarakat sipil menekankan pentingnya COP28 tidak hanya menjadi agenda elit belaka, namun melahirkan komitmen konkrit dalam mengatasi pemanasan global dan komitmen mendukung daya lenting masyarakat khususnya perempuan, anak muda dan penyandang disabilitas.

Sejarah perhelatan COP mencatat hanya 10% ketua delegasi adalah perempuan di tahun 2009 dan 13% pada tahun 2012.

COP27 juga menjadi momentum keterlibatan langsung generasi muda melalui keberadaan Paviliun Anak dan Remaja, serta Utusan Pemuda sejak COP pertama kali diselenggarakan pada tahun 1994.

Oleh karena itu kami mendorong COP28 memastikan suara kelompok rentan, termasuk dari negara-negara berkembang, pulau-pulau kecil, dan komunitas yang rentan terhadap perubahan iklim, menjadi fokus penting. Penekanan pada perlindungan dan dukungan bagi kelompok rentan menjadi agenda utama dalam konferensi iklim.

Kampanye Kreatif

ASPPUK, KRKP, PWYP Indonesia, Madani Berkelanjutan, dan Oxfam di Indonesia menyelenggarakan sepekan Aksi untuk Bumi, Power for a Greener Future.

Lebih dari 300 peserta hadir diacara ini. Kegiatan juga menghadirkan selebritas, ibu, dan Pound Tour Crew Masterclass, Rima Melati Adams, Marcell Siahaan dan musisi Endah dan Rhesa.

Sebagai pendukung gaya hidup berkelanjutan (sustainable lifestyle), mereka memiliki langkahnya masing-masing dalam menjaga bumi. Rima Adams mengadaptasi gaya hidup hijau, minim sampah dan mendaur ulang, sementara Endah Rhesa bergabung dalam gerakan Music Declares Emergency, No Music on a Dead Planet bersama tiga belas musisi tanah air.

“Rasanya tidak adil kalau kita sudah tua, atau sudah tidak ada, tetapi menyisakan suatu hal yang tidak kita perjuangkan dengan baik,” kata Endah, tentang aktivisme lingkungan yang dia lakoni lewat musik.

“Saya percaya bahwa setiap upaya, sekecil apa pun, berkontribusi pada gerakan kolektif yang lebih besar menuju masa depan yang lebih hijau. Setiap tindakan yang diambil dalam kehidupan pribadi kita, yang mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama, memainkan peran penting dalam menciptakan dunia yang lebih berkelanjutan bagi anak anak saya dan generasi anak-anak mereka,” tambah Marcell Siahaan bersama Rima Melati mengamini pendapat Endah.

Upaya mengurangi dampak perubahan iklim ini perlu dilakukan secara kolektif mulai dari peningkatan kepedulian dan pemahaman terhadap bahaya kenaikan suhu bumi dan efek perubahan iklim lainnya.

Dalam acara ini, situs kolaborasiiklim diluncurkan dan dibuka bagi masyarakat, anak muda, dan Organisasi Masyarakat Sipil sebagai wadah jurnalisme warga dan berbagi informasi bersama dalam menyuarakan dampak perubahan.

Iklim yang dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Situs ini juga merupakan situs yang ramah disabilitas karena memiliki fitur auto narrator yang membuat situs tersebut bisa memberikan akses baca secara otomatis bagi pengunjungnya.

Kegiatan yang berlangsung selama tiga jam tersebut mengadaptasi model ramah lingkungan dengan mengurangi sampah, bekerja sama dengan pengelola sampah Waste4Change, mempromosikan pangan lokal, menyediakan air isi ulang, dan mempergunakan bahan-bahan daur ulang.

Pengunjung juga berkesempatan untuk mengikuti rangkaian aktivitas seru yang berkaitan dengan dampak perubahan iklim, merekam pesan suara untuk bumi di Bilik Suara, main ular tangga dan puzzle bertemakan peran pangan lokal, serta berinteraksi dengan stan stan informatif lainnya.

“Power for A Greener Future, jika dilakukan bersama, maka dampaknya akan besar. Kekuatan ada di masyarakat, termasuk anak muda, perempuan, dan kelompok rentan. Kita bisa memilih aksi hijau kita, melalui gaya hidup yang lebih ramah lingkungan ataupun mendorong para pembuat kebijakan untuk mengeluarkan kebijakan yang berkelanjutan dan berpihak pada mereka yang paling terdampak oleh perubahan iklim,” ujar Siti Khoirun Ni’mah selaku Head of Programme Management Oxfam di Indonesia. (FULL)***

Sumber: Beritajogja.com