Jakarta – Promoting Empowerment of Civil Society through Entrepreneurship (PRECISE) Project yang diinisiasi dalam rangka penguatan kapasitas anggota koalisi Publish What You Pay (PWYP) Indonesia dalam menciptakan dan mengelola unit usaha untuk mendukung kemandirian pendanaan organisasi kedepannya, telah berjalan sejak Agustus 2022. Dimulai dengan proses asessmen untuk menjaring organisasi yang akan menjadi peserta kegiatan program, kemudian dilakukan peningkatan kapasitas melalui pelatihan kewirausahaan, pengajuan proposal wirausaha, pemberian modal bergulir dan pendampingan (coaching) secara berkala kepada peserta program.
PRECISE Project Batch I yang merupakan kolaborasi PWYP Indonesia dan Human Initiative serta atas dukungan Ford Foundation dan Direktorat Jenderal Bina Pembangundan Daerah (Ditjen Bangda) Kementerian Dalam Negeri telah memasuki tahap akhir program. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi dan refleksi melalui kegiatan “Learning Session”. Dalam kegiatan yang diselenggarakan pada 23 Februari 2023 tersebut berfokus pada refleksi, pembelajaran dan evaluasi dari peserta sepanjang perjalanan selama mengikuti rangkaian PRECISE Project. Cerita-cerita dan pengalaman dari setidaknya 10 unit usaha baru, baik cerita sukses, perjuangan maupun tantangan yang telah dijalani sangat kaya dan bermanfaat untuk menjadi pembelajaran bersama. Sekaligus menjadi pengetahuan dan penyemangat bagi Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) lainnya dalam mengembangkan unit usaha organisasinya untuk kemandirian organisasi
Dalam kesempatan ini, Peserta PRECISE Project kategori produk barang, menyampaikan refleksi mereka setelah menjalankan bisnis yang dijalankan selama 6 bulan ke belakang. AKAR Bengkulu, misalnya, pernah sempat berhenti memproduksi kopi yang dijual untuk masyarakat Bengkulu yang menjadikan kopi sebagai sarapan. Dengan hadirnya program PRECISE, tim AKAR kembali bersemangat berwirausaha dan telah beromset dari penjualan. LEPMIL Sulawesi Tenggara menyampaikan pelajaran baru yang di dapat dari Program PRECISE. Baik dari sudut pola pikir, hingga cara berbisnis yang tidak hanya memproduksi sesuatu tetapi juga dapat menjadi reseller. Mereka mengambil kesimpulan bahwa dalam memulai suatu bisnis, perlu yang namanya keberanian dan optimisme untuk sukses.
PADI dari Kalimantan Timur menyambut keberlangsungan menjalankan unit usaha mereka dengan optimis dan semangat. Hal ini dikarenakan PADI melihat kegiatan tersebut sebagai kebutuhan dan cita-cita dari lembaga mereka untuk memberdayakan masyarakat sekaligus dapat menopang lembaga secara finansial. Sedangkan SOMASI Nusa Tenggara Barat menyatakan apresiasinya terhadap pengetahuan mereka dalam bidang bisnis yang bertambah dan melihat PRECISE sebagai kesempatan untuk memulai dan menjalankan unit usaha agar dapat menopan operasional lembaga. Di sisi lain, Indonesia Parliamentary Center (IPC) yang berbasis di Jakarta menyarankan untuk program PRECISE agar kedepannya dapat memetakan ide bisnis di daerah dan perkotaan karena ritmenya memiliki perbedaan dan tidak bisa disamaratakan.
Dilanjutkan dengan refleksi sharing session dalam kategori jasa, Aryanto Nugroho, koordinator nasional PWYP Indonesia menyampaikan pentingnya memiliki pandangan yang berorientasi ke depan dalam mengembangkan unit usaha kategori jasa. Misalkan, dalam pemberian jasa training, pemilik usaha harus memikirkan langkah perencanaan pelayanan jasa training kedepannya secara keberlanjutan, termasuk pentingnya kolaborasi dengan berbagai pihak.
Anggota koalisi PWYP Indonesia dari LPAD Riau, menyampaikan bahwa kesuksesan dalam berbisnis memang harus memiliki naluri sebagai wirausaha dan menggunakan naluri tersebut secara maksimal. Ia menambahkan seperti anggota koalisi PWYP Indonesia dapat dilibatkan dalam proses marketing atau pun bentuk kolaborasi yang lain.
Meliana, Deputy Director PWYP Indonesia, melihat inovasi dan kebutuhan pasar sebagai poin pembelajaran yang dapat diambil dalam suatu bisnis baik kategori jasa maupun produk. Tanpa adanya kebutuhan pasar, maka usaha belum tentu bisa berjalan. Jika memang mau menyesuaikan dengan kapasitas kita maka diperlukan inovasi agar produk/jasa yang kita tawarkan dapat memenuhi kebutuhan pasar. Ia menambahkan bahwa dalam memulai bisnis, keberanian untuk memulai, fokus, dan komitmen untuk menopang finansial organisasi adalah hal yang digarisbawahi untuk para peserta PRECISE Project.
Sesi terakhir ditutup dengan penguatan semangat berwirausaha oleh Coach Anita Briana. Dalam sesi ini, Anita mengungkapkan ada beberapa pola sukses yang dapat dipelajari dari rangkaian kegiatan dalam program Precise ini antara lain komitmen, ketekunan dan kerajinan, dan optimisme. Ia menekankan bahwa komitmen yang dapat dijalankan oleh PIC dari masing-masing pemegang usaha adalah penting untuk dipertahankan. Bila tidak serius, maka akan sulit bagi CSO untuk melakukan pengembangan unit usaha organisasinya. Selain itu, komitmen juga harus berjalan dengan ketekunan dan kerajinan dalam menawarkan produk/jasa yang menjadi andalan unit usahanya. Namun tidak ada kesuksesan yang instan, semua berproses, akan merasakan jatuh bangun. Tetapi, hal yang paling penting adalah memiliki optimisme bahwa usahanya akan terus berjalan. Karena apa yang orang lain hanya hasil akhir dari produknya saja sedangkan kita yang melihat prosesnya. Oleh karena itu, jangan sampai proses perjuangan kita menjadi sia-sia jika kita mudah menyerah.
Penulis : Ersya S. Nailuvar
Reviewer : Aryanto Nugroho