Jakarta, PWYP Indonesia – Sekretariat Publish What You Pay (PWYP) London, Inggris, bersama dengan koalisi PWYP kawasan Asia-Pasifik mengadakan forum penajaman kerja PWYP terkait isu Transisi Energi dan Transparansi Kontrak melalui media daring Zoom, Rabu (2/12/2020). Kegiatan ini merupakan diskusi lanjutan pasca pembahasan tantangan dan strategi PWYP dalam mendorong transparansi dan akuntabilitas sektor industri ekstraktif pada hari sebelumnya (1/12). Turut hadir dalam diskusi ini, Ezreena Yahya (ActionAid Australia), Jonathan Moyland (GreenPeace Australia Pacific), Sreedhar Ramamurthi (Wakil Pendiri Environics School of Management Science), serta para perwakilan dari PWYP Australia, PWYP Indonesia, PWYP Filipina, PWYP India, PWYP Papua Nugini, dan PWYP Timor Leste.
Koordinator Nasional PWYP Australia, Clancy Moore, menjadi fasilitator pada sesi pertama diskusi. “Tujuan diskusi koalisi PWYP Asia-Pasifik hari ini adalah untuk berbagi dan membangun pengetahuan dan keahlian dalam bidang transisi energi, dan pemetaan wilayah kerja koalisi regional untuk transisi energi tahun 2021-2022,” jelas Clancy dalam pembukaannya. Clancy memaparkan positioning paper PWYP dalam mendorong semua negara untuk melanjutkan perencanaan transisi energi. PWYP menyatakan bahwa penghentian produksi bahan bakar fosil harus segera dilakukan oleh negara-negara yang secara historis menyumbang emisi global terbesar. Saat ini, Sekretariat PWYP Global sedang merevisi positioning paper termasuk menambahkan fokus wilayah kerja seluruh koalisi dan memajukan advokasi transisi energi.
Clancy menyebutkan Sekretariat PWYP Global memiliki tiga target capaian untuk tahun 2021. Target tersebut diantaranya adalah mendukung kepemimpinan dalam jaringan dan strategi advokasi dan kampanye pada tahun 2022; membangun hubungan dengan organisasi-organisasi utama yang bekerja pada transisi iklim dan energi, termasuk para lembaga donor; terakhir, mengembangkan transisi energi seiring revisi EITI 2022 dan memulai strategi advokasi EITI 2022 secara lebih umum.
Koordinator Nasional PWYP Indonesia, Aryanto Nugroho menyampaikan bahwa PWYP Indonesia telah mengadopsi strategi visi PWYP Global 2020-2025 dengan menyusun Garis-Garis Besar Haluan Kerja (GBHK) PWYP Indonesia 2020-2024. Melalui GBHK ini, terdapat lima agenda prioritas yang diusung PWYP Indonesia, yakni; Pertama, mendorong perbaikan tata kelola sektor minyak dan gas bumi di sepanjang rantai nilai dan pengambilan keputusan ekstraksi. Kedua, mendorong perbaikan tata kelola sektor mineral dan batubara di sepanjang rantai nilai dan pengambilan keputusan ekstraksi. Ketiga, mendorong perbaikan tata kelola sektor energi, lingkungan, dan pembangunan berkelanjutan. Keempat, penguatan kapasitas dan pengembangan kemandirian organisasi. Kelima, penguatan tata kelola sekretariat nasional dan jejaring koalisi. “Masing-masing agenda prioritas terdapat indikator dan strategi yang akan ditempuh oleh PWYP Indonesia, tentunya dengan dukungan jejaring koalisi nasional, juga jaringan PWYP Global, kita bisa terus mengupayakan perbaikan tata kelola sektor industri ekstraktif,” ungkap Aryanto.
Forum berlanjut pada diskusi grup membahas beberapa pertanyaan kunci terkait transisi energi. Pertanyaan tersebut meliputi peluang advokasi, kampanye dan peningkatan kapasitas; peluang kolaborasi regional bahkan multi-negara; serta identifikasi kesenjangan teknis dan kapasitas koalisi PWYP regional dalam mengupayakan transisi energi. Beberapa poin-poin penting menjadi garis besar hasil diskusi penajaman kerja PWYP terkait transisi energi. Hasil diskusi tersebut diantaranya adalah terdapat posisi/agenda pemerintah yang menyatakan transisi energi menjadi prioritas utama namun belum menetapkan proses maupun tahapan konkrit menuju transisi energi; serta memperluas jaringan kolaborasi regional atau multi-negara baik dari PWYP hingga organisasi kunci yang bergerak aktif dalam bidang transisi energi secara berkelanjutan untuk melakukan penelitian dan kampanye terkait transisi energi sesuai dengan standar EITI.
Sesi terakhir pertemuan ini difasilitasi oleh Emil Omarov (Manajer PWYP untuk Asia-Pasifik, Eurasia, dan MENA). Emil menjabarkan sejumlah pembaruan Sekretariat PWYP Global tahun 2020. “Terdapat tiga koalisi PWYP yang bergabung pada tahun ini, PWYP Sudan Selatan, PWYP India, dan Lebanon. Sehingga kita memiliki total 51 anggota koalisi” papar Emil. Pembaruan selanjutnya mengenai kampanye dan program yang telah dilakukan PWYP. Pertama, mempromosikan generasi yang adil dan transparan serta alokasi pendapatan industri ekstraktif untuk proyek pembangunan berkelanjutan. Kedua, konsultasi isu gender dan merencanakan kampanye global mengenai transparansi kontrak.
Transparansi kontrak dan transisi energi menjadi prioritas utama kerja PWYP pada 2021-2022. Emil menyimpulkan pertemuan dengan menyampaikan bahwa kampanye global PWYP bisa dilakukan dengan taktik yang telah disesuaikan oleh masing-masing negara anggota koalisi. Pada tingkat nasional misalnya advokasi di media, advokasi ke pemerintah, atau mendorong penyesuaian Undang-Undang. Sementara pada tingkat internasional, anggota koalisi PWYP dapat berkolaborasi melangsungkan pertemuan dengan pemangku kepentingan untuk mencapai standar EITI. (cra)